spoon

Recent Recipes

Tentang Polish Porting

4

Category :


Hemat BBM Lewat Utak-atik Mesin

 

Modifikasi mesin untuk meningkatkan kinerja mobil sudah banyak dilakukan bengkel-bengkel, baik untuk keperluan pacuan mobil maupun sekadar gaya. Jasin Stefanus, teknisi sekaligus pemilik bengkel Provis di kawasan Bintaro, menawarkan resep menarik, tune up semi-sport untuk menambah tenaga dan akselerasi mobil, tetapi justru irit dan mobil cukup diisi bensin premium.

>is 4016m,

Bensin premium memang hanya bisa melayani mesin-mesin mobil yang perbandingan kompresi bahan bakarnya 1:9,2 sampai 1:9,5. Untuk kompresi lebih tinggi, bensin yang dipakai juga harus beroktan tinggi. "Repotnya, mesin mobil modern umumnya meminta kompresi tinggi, kini makin banyak mobil mensyaratkan Pertamax atau Pertamax Plus," ujar Jasin.

Dengan melakukan efisiensi pembakaran di ruang bakar mesin mobil, menurut Jasin, tiga hal tadi bisa dicapai, yaitu bensin cukup premium, konsumsi bensin lebih irit, dan mesin lebih responsif. Yang dilakukan Jasin adalah menggarap ruang bakar mesin, kepala silinder, baik saluran masuk maupun saluran buang, serta melakukan penyetelan klep. "Ini sebenarnya bukan cara baru. Para teknisi mobil balap atau mobil sport juga melakukan, tetapi mereka lebih ekstrem karena tujuannya meningkatkan performa, membuat mobil bisa dipacu secepat dan seresponsif mungkin. Mereka bahkan biasanya memapas kepala silinder," ujar Jasin, yang telah mengelola bengkelnya sejak tahun 1994.


Yang dilakukan Jasin juga kini populer dilakukan teknisi sepeda motor lewat apa yang sering diistilahkan tune up semiracing. Kepala silinder, misalnya, disempurnakan dengan menghaluskan (porting polish) jalur exhaust maupun intake, dengan mengikis gerigi atau permukaan berwujud kulit jeruk, lekukan atau kesalahan konstruksi yang disebabkan kelemahan dalam proses produksi atau cacat pabrik. Maklum, menurut Jasin, hampir semua mobil yang dibuat secara massal punya cacat pabrik di blok mesin dan kepala silinder.

Untuk kepala silinder, misalnya, pabrik membuatnya dengan melakukan pengecoran logam pada cetakan. Cetakan itu dibuat dari bahan yang mudah dihancurkan agar mudah dimusnahkan setelah hasil cor logam itu kering. "Cetakan biasanya dibuat dari bahan berbasis pasir. Itu sebabnya kepala silinder terlihat bermotif pasir atau kulit jeruk. Karena cetakan itu berbasis pasir, cacat itu juga muncul dalam kepala silinder," ujar Jasin seraya menunjukkan beberapa cacat kecil di kepala silinder mobil papan atas.

Inilah yang menjelaskan mengapa konsumen sering menemukan produk mobil dari jenis, tahun pembuatan, dan produsen sama terasa berbeda saat dipakai di jalan. "Tiga mobil sama dari showroom, misalnya, saat dicoba tarikannya berbeda. Ada yang beruntung dapat yang baik, tetapi ada konsumen yang kebagian mobil yang tarikannya berat dan boros BBM," ujarnya.

Mobil mewah sekalipun tidak dibuat secara sempurna karena sifat produknya yang massal. Dari pengamatannya, Jasin menilai tingkat efisiensi mesin-mesin standar dari pabrik umumnya cuma 75-85 persen dari kinerja maksimal yang harusnya bisa dihasilkan. "Ini memberi ruang bagi saya untuk bermain. Saya bisa memberi napas tambahan untuk hampir semua mobil. Saya baru angkat tangan kalau harus menggarap mobil limited edition atau mobil handmade seperti Ferrari atau Lamborghini," ujar Jasin.

Ia mengaku tingkat efisiensi tiap mobil yang digarapnya berbeda-beda, tergantung dari kondisi kepala silinder standar mesinnya. Ada yang kinerjanya meningkat hingga 40 persen, tetapi ada juga yang hanya 15 persen. "Begitu juga konsumsi bensinnya, ada yang hanya irit 15 persen, tetapi ada juga yang hingga 45 persen," ujarnya. "Kalau mau kesaksian para konsumen, silakan buka situs www.provis.co.id. Lebih enak Anda baca saja apa komentar mereka," ujarnya.

Yang jelas, efisiensinya justru pada bahan bakarnya karena mesin tak lagi perlu bensin beroktan tinggi Pertamax atau Pertamax Plus. "Ini saja kan artinya sudah irit Rp 1.500 hingga Rp 1.750 setiap liternya. Kalau sehari-hari rata-rata orang pakai 10 liter per hari, maka tiap bulan dia bisa irit dana Rp 450.000," ujarnya.

Jasin sendiri butuh lima tahun untuk mendapat rumusan beberapa besar port polishing, perubahan paking, dan penyetelan klep bisa dilakukan. "Kalau hanya meningkatkan power dan akselerasi, umumnya teknisi mobil-mobil sport biasanya melakukannya. Namun, konsumsi bahan bakarnya biasanya tidak dipikir, beberapa malah memakai bensol, bahan bakar pesawat terbang," ujar Jasin.

Hasil uji coba

Janji Jasin terbukti dari hasil modifikasinya atas sebuah mobil Nissan Serena keluaran 2005 yang dicoba Kompas. Tarikan responsif dan bertenaga bukan cuma terasa di putaran atas, di atas 3.500 rpm, tetapi sudah terasa pada putaran rendah, di bawah 2.000 rpm. Artinya, efisiensi bahan bakar tidak hanya dirasakan di jalan bebas hambatan atau di luar kota, tetapi juga saat dibawa di dalam kota.

Konsumsi bensin juga lebih irit 35 persen, dari 5,5 kilometer per liter menjadi 7,2 kilometer per liter untuk pemakaian di dalam kota. Untuk pemakaian di luar kota, bensin yang dihabiskan lebih sedikit lagi, yaitu 8,6 kilometer untuk satu liter. "Konsumsi bensin juga tergantung cara kita mengemudi," ujarnya.

Pada mesin sistem karburator Nissan Terrano keluaran 1998 yang digarap Jasin pekan lalu, penghematan bensin terasa naik dari 1:5 menjadi 1:7 untuk pemakaian dalam kota dan hampir mencapai 1:9 saat dipacu di luar kota. Pedal gas cukup ditekan sedikit lalu ditahan, putaran mesin meningkat seiring dengan tenaga yang langsung tersalur. Tekanan ringan pada pedal gas ini membuat semburan bensin lebih konstan dan efisien.

Saat Nissan Serena 2.000 cc dicoba dipacu di jalan tol, petunjuk kecepatan di dashboard melesat ke angka 100 kilometer per jam, meski putaran mesin masih terdengar tenang dan bertengger pada 2.400 rpm, setelah overdrive diaktifkan. Saat pedal ditekan lebih dalam, dan kecepatan bertambah menjadi 155 kilometer, mesin tetap tidak menjerit di 4.000 rpm. Setelah itu, penambahan kecepatan melambat sehingga butuh waktu agak lama untuk mencapai 165 kilometer per jam.

Pada Nissan Terrano manual yang bermesin lebih besar 2.400 cc, tenaga juga tersalur spontan dari putaran rendah hingga tinggi. Mesin tidak mengelitik lagi, meski hanya dengan bensin premium. Kecepatan 140 kilometer per jam bisa diraih dengan mudah.

Namun, sedan "tua" Mercedes Benz kelas 320E keluaran 1995 milik Jasin sendiri bisa dengan enteng dipacu hingga 220 kilometer per jam, saat Kompas melakukan uji coba di jalan bebas hambatan Bintaro-Serpong.

Semuanya cukup dengan bensin premium. Dan karena yang dikerjakan cuma melakukan porting polish di saluran masuk dan keluar kepala silinder, memodifikasi paking blok mesin dan setting klep, maka modifikasi ini praktis tak ada dampak negatifnya pada mesin. Mau coba? (nugroho f yudho)

Sumber :http://64.203.71.11/kompas-cetak/0607/21/Otomotif/2787199.htm

http://www.eddiesvalvegrinding.com/port-polish.htm

4 comment:

gw tambahin yaaa... Polish & porting adalah modifikasi ringan pada mesin mobil, dengan cara menghaluskan permukaan yang kasar akibat cetakan pabrik dengan pisau korek.. hasilnya lubang2 intake dan exhaust dibuat halus seperti bagian belakang sendok... Tujuannya agar terjadi volumetrik efisiensi dari udara yang dihisap mesin untuk meningkatkan pembakaran. Polish dan porting pada lubang exhaust juga berguna untuk melancarkan aliran gas buang ke knalpot.

nice info,,
polishing juga lebih baik menggunakan lap dengan bahan microfiber, tidak meninggalkan goresan pada bodi mobil, sangat baik untuk polishing..
Penjelasan Microfiber
shop here

mas ricky...
numpang nanya...
kalo nyari onderdil rem buat laurel dimana ya...
trimksih

rem depan belakang laurel saya mau diganti...