Recent Recipes
All About My Datsun Laurel (3)
Comments (1) | Monday, April 21, 2008
Ups... lama juga udah beberapa hari ini ga Blogging... (cie... gaul buanget...hee...), kalo kata anak buah gw (di kantor namanya Sutriono tapi kalau kenalan dia maunya di panggil "Antony" hee...) "Pak Ricky, kok gayaknya kayak anak muda aja?..." "Kenapa emang Ton?" Gw jawab, "Ngga ngeliat gaya pak Ricky ga kayak udah kawin... kayak masih bujangan"... Hiii... Gubrak !!!!...
Read More......
Komen Bini GW?..... (1)
Comments (1) | Wednesday, April 16, 2008
Mobil itu punya banyak kenangan buat kita, maklum aja setelah menikah ya ini kali kita pertama punya mobil. Mobil biru keluaran tahun 1983 ini memiliki body lumayan panjang. Pertama kali beli kita tambahin asesoris serba biru di dalamnya. Lampu bercahaya biru, persneling biru, pedal gas, rem dan kopling biru, tempat tissue biru… asal gak di lem biru aja (lempar beli baru!)… hahaha ….
That’s why kita namain tuh mobil “bluethooth”. Artinya bisa
“gigi biru” bisa juga “si butut”…hehehe… :p
Sebenernya gw udh pengen banget ngejual tuh mobil, tadinya aa setuju.
Selain udh old, perawatannya juga mesti ekstra…
Walaupun...nih mobil sebenernya jagoan abis. Masih sanggup jalan-jalan
Tangerang-Cianjur-Bandung dan belum pernah turun mesin lho!. Awalnya aa
setuju kalo mobil ini dijual. “Kita percantik dulu baru kita jual” begitu katanya.
Jadilah si bluethooth kita cat lagi. Di bawa ke bengkel yang biasa nanganin Nissan-Datsun untuk dicek secara lengkap dan diperbaiki kalo ada yg rusak2. Istilah medisnya general check up lah ;P, dari mulai rem,kaki-kaki,ac… semuanya deh. Trus rencananya jok dan velg-nya jg mo
diganti.
Padahal sekarang kan masih dalam tahap pembenahan… eh my hanoy jadi kesengsem lagi ama laurelnya… jatuh hati untuk ke dua kalinya pada mobil yang sama. Ya ampun…
Sekarang dia malah bilang.. “kayaknya sayang deh kalo dijual…” Halah...cape deeeehhhh…. Eh kelanjutannya malah bikin blog Nissan-datsun pula….
Gw sih tetep pengen jual tuh mobil, pokoknya kalo ada yg nawar and
harganya cocok jual aja ya a!
Read More......
All About My Datsun Laurel (2)
Comments (0) | Monday, April 14, 2008
Hee... Kalo di ingat2 lagi memang suka lucu sendiri. Mobil gw ini memang tahan banting. Tahan banting celaan, tahan banting ketidak tahuan orang tentang jenis mobil ini dll... Ya mungkin lo juga yang baru baca blog ini pasti bertanya-tanya. Mobil ini apa masih ada di jalan?... Sama banget dengan pemikiran gw saat itu.Tapi entah mengapa justru keinginan untuk memiliki lebih besar dari pada kekhawatiran tentang keberadaan sparepart, harga jualnya lagi dll. He... Pertanyaan standar : "Spare Part Gimana susah ga?.." Harga jualnya lagi gimana?... dan lain-lain. Tapi gw pikir memiliki mobil bukan cuman masalah spare part aja seh, bukan pula masalah dijual lagi... (emangnya kayak seseorang temen gw... di anak NDCI http://ndci.multiply.com/ emang hobinya jual beli mobil...hee... sori Om...).
Singkat cerita akhirnya gw bayarin tuh mobil dengan harga biiiipppp.... juta. Pemakaian awal rada2 ati2 banget kenapa?... Baru pertama gw pake sedan gede... dan setirnya enteng buanget.... pake satu tangan cukup untuk parkir.... dan (kalau kata tukang AC gw... ) kayak naik kapal laut... kalau di jalan tol udah lari di atas 100 km/jam. Enak buanget.... bantingan ok. Memang untuk respon awal lambat, tapi setelah di RPM 3000an... muantab man.... Sekali dapet langsung gw geber 140... dan masih ada sisa gasnya... gw aja yang ga berani nerusin... haa... Chicken...
Read More......
All About My Datsun Laurel (1)
Comments (3) | Sunday, April 13, 2008
Read More......
Tentang Polish Porting
Comments (4) |
Hemat BBM Lewat Utak-atik Mesin Modifikasi mesin untuk meningkatkan kinerja mobil sudah banyak dilakukan bengkel-bengkel, baik untuk keperluan pacuan mobil maupun sekadar gaya. Jasin Stefanus, teknisi sekaligus pemilik bengkel Provis di kawasan Bintaro, menawarkan resep menarik, tune up semi-sport untuk menambah tenaga dan akselerasi mobil, tetapi justru irit dan mobil cukup diisi bensin premium. >is 4016m, Bensin premium memang hanya bisa melayani mesin-mesin mobil yang perbandingan kompresi bahan bakarnya 1:9,2 sampai 1:9,5. Untuk kompresi lebih tinggi, bensin yang dipakai juga harus beroktan tinggi. "Repotnya, mesin mobil modern umumnya meminta kompresi tinggi, kini makin banyak mobil mensyaratkan Pertamax atau Pertamax Plus," ujar Jasin. Dengan melakukan efisiensi pembakaran di ruang bakar mesin mobil, menurut Jasin, tiga hal tadi bisa dicapai, yaitu bensin cukup premium, konsumsi bensin lebih irit, dan mesin lebih responsif. Yang dilakukan Jasin adalah menggarap ruang bakar mesin, kepala silinder, baik saluran masuk maupun saluran buang, serta melakukan penyetelan klep. "Ini sebenarnya bukan cara baru. Para teknisi mobil balap atau mobil sport juga melakukan, tetapi mereka lebih ekstrem karena tujuannya meningkatkan performa, membuat mobil bisa dipacu secepat dan seresponsif mungkin. Mereka bahkan biasanya memapas kepala silinder," ujar Jasin, yang telah mengelola bengkelnya sejak tahun 1994. Yang dilakukan Jasin juga kini populer dilakukan teknisi sepeda motor lewat apa yang sering diistilahkan tune up semiracing. Kepala silinder, misalnya, disempurnakan dengan menghaluskan (porting polish) jalur exhaust maupun intake, dengan mengikis gerigi atau permukaan berwujud kulit jeruk, lekukan atau kesalahan konstruksi yang disebabkan kelemahan dalam proses produksi atau cacat pabrik. Maklum, menurut Jasin, hampir semua mobil yang dibuat secara massal punya cacat pabrik di blok mesin dan kepala silinder. Untuk kepala silinder, misalnya, pabrik membuatnya dengan melakukan pengecoran logam pada cetakan. Cetakan itu dibuat dari bahan yang mudah dihancurkan agar mudah dimusnahkan setelah hasil cor logam itu kering. "Cetakan biasanya dibuat dari bahan berbasis pasir. Itu sebabnya kepala silinder terlihat bermotif pasir atau kulit jeruk. Karena cetakan itu berbasis pasir, cacat itu juga muncul dalam kepala silinder," ujar Jasin seraya menunjukkan beberapa cacat kecil di kepala silinder mobil papan atas. Inilah yang menjelaskan mengapa konsumen sering menemukan produk mobil dari jenis, tahun pembuatan, dan produsen sama terasa berbeda saat dipakai di jalan. "Tiga mobil sama dari showroom, misalnya, saat dicoba tarikannya berbeda. Ada yang beruntung dapat yang baik, tetapi ada konsumen yang kebagian mobil yang tarikannya berat dan boros BBM," ujarnya. Mobil mewah sekalipun tidak dibuat secara sempurna karena sifat produknya yang massal. Dari pengamatannya, Jasin menilai tingkat efisiensi mesin-mesin standar dari pabrik umumnya cuma 75-85 persen dari kinerja maksimal yang harusnya bisa dihasilkan. "Ini memberi ruang bagi saya untuk bermain. Saya bisa memberi napas tambahan untuk hampir semua mobil. Saya baru angkat tangan kalau harus menggarap mobil limited edition atau mobil handmade seperti Ferrari atau Lamborghini," ujar Jasin. Ia mengaku tingkat efisiensi tiap mobil yang digarapnya berbeda-beda, tergantung dari kondisi kepala silinder standar mesinnya. Ada yang kinerjanya meningkat hingga 40 persen, tetapi ada juga yang hanya 15 persen. "Begitu juga konsumsi bensinnya, ada yang hanya irit 15 persen, tetapi ada juga yang hingga 45 persen," ujarnya. "Kalau mau kesaksian para konsumen, silakan buka situs www.provis.co.id. Lebih enak Anda baca saja apa komentar mereka," ujarnya. Yang jelas, efisiensinya justru pada bahan bakarnya karena mesin tak lagi perlu bensin beroktan tinggi Pertamax atau Pertamax Plus. "Ini saja kan artinya sudah irit Rp 1.500 hingga Rp 1.750 setiap liternya. Kalau sehari-hari rata-rata orang pakai 10 liter per hari, maka tiap bulan dia bisa irit dana Rp 450.000," ujarnya. Jasin sendiri butuh lima tahun untuk mendapat rumusan beberapa besar port polishing, perubahan paking, dan penyetelan klep bisa dilakukan. "Kalau hanya meningkatkan power dan akselerasi, umumnya teknisi mobil-mobil sport biasanya melakukannya. Namun, konsumsi bahan bakarnya biasanya tidak dipikir, beberapa malah memakai bensol, bahan bakar pesawat terbang," ujar Jasin. Hasil uji coba Janji Jasin terbukti dari hasil modifikasinya atas sebuah mobil Nissan Serena keluaran 2005 yang dicoba Kompas. Tarikan responsif dan bertenaga bukan cuma terasa di putaran atas, di atas 3.500 rpm, tetapi sudah terasa pada putaran rendah, di bawah 2.000 rpm. Artinya, efisiensi bahan bakar tidak hanya dirasakan di jalan bebas hambatan atau di luar kota, tetapi juga saat dibawa di dalam kota. Konsumsi bensin juga lebih irit 35 persen, dari 5,5 kilometer per liter menjadi 7,2 kilometer per liter untuk pemakaian di dalam kota. Untuk pemakaian di luar kota, bensin yang dihabiskan lebih sedikit lagi, yaitu 8,6 kilometer untuk satu liter. "Konsumsi bensin juga tergantung cara kita mengemudi," ujarnya. Pada mesin sistem karburator Nissan Terrano keluaran 1998 yang digarap Jasin pekan lalu, penghematan bensin terasa naik dari 1:5 menjadi 1:7 untuk pemakaian dalam kota dan hampir mencapai 1:9 saat dipacu di luar kota. Pedal gas cukup ditekan sedikit lalu ditahan, putaran mesin meningkat seiring dengan tenaga yang langsung tersalur. Tekanan ringan pada pedal gas ini membuat semburan bensin lebih konstan dan efisien. Saat Nissan Serena 2.000 cc dicoba dipacu di jalan tol, petunjuk kecepatan di dashboard melesat ke angka 100 kilometer per jam, meski putaran mesin masih terdengar tenang dan bertengger pada 2.400 rpm, setelah overdrive diaktifkan. Saat pedal ditekan lebih dalam, dan kecepatan bertambah menjadi 155 kilometer, mesin tetap tidak menjerit di 4.000 rpm. Setelah itu, penambahan kecepatan melambat sehingga butuh waktu agak lama untuk mencapai 165 kilometer per jam. Pada Nissan Terrano manual yang bermesin lebih besar 2.400 cc, tenaga juga tersalur spontan dari putaran rendah hingga tinggi. Mesin tidak mengelitik lagi, meski hanya dengan bensin premium. Kecepatan 140 kilometer per jam bisa diraih dengan mudah. Namun, sedan "tua" Mercedes Benz kelas 320E keluaran 1995 milik Jasin sendiri bisa dengan enteng dipacu hingga 220 kilometer per jam, saat Kompas melakukan uji coba di jalan bebas hambatan Bintaro-Serpong. Semuanya cukup dengan bensin premium. Dan karena yang dikerjakan cuma melakukan porting polish di saluran masuk dan keluar kepala silinder, memodifikasi paking blok mesin dan setting klep, maka modifikasi ini praktis tak ada dampak negatifnya pada mesin. Mau coba? (nugroho f yudho) Sumber :http://64.203.71.11/kompas-cetak/0607/21/Otomotif/2787199.htm http://www.eddiesvalvegrinding.com/port-polish.htm
Read More......